Pekerjaan sosial adalah profesi yang bertujuan membantu individu, kelompok, dan komunitas dalam mencapai kesejahteraan sosial melalui proses intervensi yang terencana. Salah satu metode penting dalam praktik pekerjaan sosial adalah group work atau pekerjaan sosial dengan kelompok.
Pendekatan ini berfokus pada pemanfaatan dinamika kelompok sebagai sarana untuk membantu anggota mencapai perubahan sosial, emosional, dan perilaku yang diinginkan. Dalam konteks ini, kelompok tidak hanya menjadi wadah interaksi, tetapi juga sarana pembelajaran, dukungan, dan pemberdayaan.
Charles Zastrow (2017) dalam bukunya Introduction to Social Work and Social Welfare: Empowering People menjelaskan bahwa metode pekerjaan sosial kelompok telah berkembang dari kegiatan rekreasional dan organisasi masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, metode ini semakin diakui sebagai strategi profesional yang efektif untuk mengembangkan potensi individu sekaligus memperkuat kohesi sosial. Saat ini, hampir semua lembaga pelayanan sosial di Kementerian Sosial atau Pemerintahan menggunakan bentuk intervensi kelompok, baik dalam konteks rekreasi, edukasi, sosialisasi, maupun terapi. Berikut adalah pembahasan lengkapnya. Selamat membaca!
Apa Definisi Group Work dalam Pekerjaan Sosial?
Menurut Zastrow (2017), kelompok dalam konteks pekerjaan sosial didefinisikan sebagai
Dua atau lebih individu yang berinteraksi secara langsung, saling menyadari keanggotaannya, memahami siapa saja anggota lain, serta memiliki ketergantungan positif untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan kata lain, kelompok bukan hanya sekumpulan orang, tetapi sistem sosial kecil yang memiliki identitas, norma, dan dinamika tersendiri.
Akar historis pekerjaan sosial kelompok dapat ditelusuri dari lembaga seperti settlement houses dan organisasi keagamaan di Inggris dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Lembaga-lembaga tersebut menggunakan kekuatan interaksi kelompok untuk mendukung imigran, masyarakat miskin, serta kelompok yang terpinggirkan. Dari sinilah berkembang berbagai jenis kelompok sosial yang kini menjadi dasar bagi praktik group work modern.
Melalui pembahsaan di atas dapat diketahui bahwa metode Group Work dalam Pekerjaan Sosial adalah:
Suatu proses di mana pekerja sosial membantu individu meningkatkan kesejahteraan pribadi melalui pengalaman kelompok yang terstruktur dan terarah. Pendekatan ini menekankan proses interaksi dinamis, di mana anggota saling mempengaruhi, berkomunikasi, dan mendukung pencapaian tujuan bersama. (Toseland dan Rivas, 2017)
Apa Tujuan Group Work?
Tujuan utama metode group work adalah meningkatkan kemampuan sosial, emosional, dan fungsional anggota kelompok. Melalui interaksi dalam kelompok, individu belajar memahami diri sendiri dan orang lain, membangun rasa empati, dan memperkuat keterampilan interpersonal.
Selain itu, kelompok juga menjadi wadah bagi anggota untuk memperoleh dukungan moral, memecahkan masalah bersama, serta mengembangkan solusi kolektif terhadap isu-isu sosial.
Zastrow menekankan bahwa kelompok dalam pekerjaan sosial juga berfungsi sebagai media pemberdayaan (empowerment). Anggota kelompok belajar untuk mengambil peran aktif dalam proses perubahan, berbagi pengalaman, dan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial.
Dengan demikian, pekerjaan sosial kelompok bukan sekadar pendekatan intervensi, tetapi juga sarana pembentukan kapasitas sosial masyarakat.
10 Teknik Group Work dalam Intervensi Pekerjaan Sosial dengan Kelompok
Berikut adalah ragam jenis kelompok dalam pekerjaan sosial menurut Zastrow (2017), beserta fungsi dan karakteristiknya.
1. Social Conversation Groups
Kelompok percakapan sosial merupakan bentuk paling sederhana dari interaksi kelompok. Anggota berpartisipasi dalam percakapan bebas tanpa agenda formal. Tujuannya adalah menciptakan hubungan sosial dan membangun rasa saling mengenal antaranggota. Meskipun tampak ringan, kelompok ini berperan penting sebagai tahap awal dalam membangun kepercayaan dan kenyamanan sebelum memasuki kelompok dengan tujuan yang lebih spesifik.
2. Recreation Groups
Kelompok rekreasi berfokus pada kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Aktivitasnya bisa berupa permainan, olahraga, atau kegiatan fisik lainnya yang dilakukan secara spontan tanpa struktur kepemimpinan yang kaku. Contohnya adalah permainan di taman, kegiatan olahraga di pusat komunitas, atau kegiatan rekreasional di YMCA. Tujuan utamanya adalah membangun interaksi positif, mengurangi stres, dan mencegah perilaku menyimpang melalui kegiatan produktif.
3. Recreation-Skill Groups
Jenis ini tidak hanya bertujuan untuk bersenang-senang, tetapi juga meningkatkan keterampilan tertentu. Dalam kelompok ini biasanya terdapat pembimbing atau pelatih yang membantu anggota mengembangkan kemampuan seperti seni, kerajinan tangan, olahraga, atau musik. Melalui proses belajar bersama, anggota dapat meningkatkan rasa percaya diri, kerja sama, dan disiplin diri. Kegiatan ini sering difasilitasi oleh lembaga sosial seperti Boy Scouts, YWCA, atau pusat komunitas.
4. Education Groups
Kelompok pendidikan bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan keterampilan fungsional anggota. Biasanya dipimpin oleh seorang profesional dengan keahlian tertentu, seperti pelatihan pengasuhan anak, manajemen stres, atau pelatihan menjadi relawan. Dalam kelompok ini, diskusi dan partisipasi aktif anggota sangat dianjurkan untuk memperkuat proses belajar. Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator yang membantu anggota memahami konsep dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
5. Task Groups
Kelompok tugas dibentuk untuk mencapai sasaran tertentu dalam waktu tertentu. Contohnya termasuk task force, panitia ad hoc, atau dewan pengurus lembaga sosial. Dalam konteks pekerjaan sosial, kelompok ini dapat digunakan untuk merancang kebijakan, membuat program baru, atau menyusun strategi intervensi. Keberhasilan kelompok tugas diukur dari sejauh mana mereka mampu menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan kolaboratif.
6. Problem-Solving and Decision-Making Groups
Kelompok ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah, merancang solusi, dan mengambil keputusan kolektif. Peserta kelompok biasanya memiliki kepentingan langsung terhadap isu yang dibahas, baik sebagai penyedia maupun penerima layanan sosial. Contoh penerapannya adalah rapat tim pekerja sosial untuk menentukan rencana intervensi klien atau kelompok masyarakat yang berkumpul untuk mencari solusi atas masalah lingkungan. Di sini, pekerja sosial berperan sebagai mediator dan fasilitator proses dialog.
7. Self-Help Groups
Kelompok self-help atau kelompok swabantu terdiri dari individu yang memiliki pengalaman atau masalah serupa dan bergabung untuk saling mendukung. Contohnya adalah Alcoholics Anonymous atau kelompok orang tua anak penyandang disabilitas. Tujuannya adalah memberikan dukungan emosional, pertukaran pengalaman, dan dorongan untuk perubahan pribadi maupun sosial. Menurut Katz dan Bender (dalam Zastrow, 2017), kelompok swabantu terbukti efektif karena setiap anggota memahami secara mendalam masalah yang dihadapi oleh anggota lain.
8. Socialization Groups
Kelompok sosialisasi bertujuan membantu anggota mengembangkan keterampilan sosial, kepercayaan diri, dan perilaku yang lebih adaptif. Pekerja sosial sering memfasilitasi kelompok ini untuk anak-anak, remaja, atau lansia. Misalnya, kelompok remaja berisiko yang dibimbing untuk menghindari perilaku delinkuen, atau kelompok lansia yang difasilitasi untuk tetap aktif dan berinteraksi sosial. Melalui kegiatan ini, anggota belajar menyesuaikan diri dengan norma sosial dan memperkuat hubungan interpersonal.
9. Therapy Groups
Kelompok terapi adalah bentuk intervensi yang ditujukan untuk individu dengan masalah emosional atau psikologis yang cukup berat. Dipimpin oleh pekerja sosial atau konselor profesional, kelompok ini membantu anggota menggali perasaan, memahami perilaku, dan merancang strategi penyelesaian masalah. Teknik yang digunakan dapat berupa client-centered therapy, psychodrama, reality therapy, dan lainnya. Keunggulan terapi kelompok dibandingkan konseling individu adalah adanya efek saling membantu (helper therapy principle) di mana anggota saling mendukung dan belajar dari pengalaman masing-masing.
10. Sensitivity Groups
Kelompok sensitivitas atau encounter groups menekankan peningkatan kesadaran diri dan pemahaman interpersonal. Anggota diajak untuk saling berinteraksi secara terbuka, jujur, dan reflektif. Tujuannya bukan untuk menyembuhkan masalah tertentu, tetapi untuk meningkatkan kepekaan sosial dan kemampuan berkomunikasi. Kelompok ini sering digunakan untuk pelatihan profesional, pengembangan kepemimpinan, atau peningkatan keterampilan interpersonal dalam dunia kerja. Namun, kegiatan ini harus dipandu oleh fasilitator yang berpengalaman agar tidak menimbulkan tekanan emosional yang berlebihan.
Penutup
Demikianlah artikel kami bertajuk "Metode Group Work dalam Pekerjaan Sosial: Definisi, Tujuan, dan Teknik" Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pekerjaan sosial kelompok (group work) merupakan pendekatan yang kaya akan nilai-nilai partisipatif, empatik, dan kolaboratif.
Melalui berbagai jenis kelompok seperti pendidikan, terapi, hingga sosialisasi, pekerja sosial dapat membantu individu dan masyarakat mencapai perubahan yang berkelanjutan.
Seperti yang dijelaskan, kekuatan group work terletak pada dinamika antaranggota yang saling mendukung, belajar, dan tumbuh bersama. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang tujuan dan teknik dalam pekerjaan sosial kelompok menjadi kunci bagi keberhasilan praktik profesional di bidang kesejahteraan sosial. Terima kasih
Referensi
- Toseland, R. W., & Rivas, R. F. (2017). An introduction to group work practice (8th ed.). Pearson Education, Inc.
- Zastrow, C. (2017). Introduction to social work and social welfare: Empowering people (12th ed.). Cengage Learning.
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)


